- Back to Home »
- PKM UNJ 1 : Pemuda yang Dirindukan Bangsa
Posted by :
Unknown
Selasa, 21 Juni 2016
A.
Sesi
1
Jakarta – Jum’at (17/6) 13.00 WIB,
Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (PKM UNJ) 2016
rangkaian pertama sesi satu dilaksanakan di aula Kampus E (PGSD) UNJ yang
berlokasi di Setiabudi, Jakarta. Acara yang dipandu oleh Andri Sutomo sebagai MC dibuka dengan basmallah kemudian dibacakan ayat suci Al-Qur’an oleh salah satu
peserta PKM UNJ 2016 yaitu Kholil dari Fakultas Ilmu Pendidikan.
Sesi pertama PKM UNJ mengangkat materi
yang berjudul “Manajemen Isu dan Opini Publik” yang disampaikan oleh Tri Andika
(Ketua BEM Universitas Indonesia 2007) dan dimoderatori oleh Roki Robbani.
Menjadi aktivis kampus dapat
menghadirkan konektivitas yang kuat antara kehidupan kampus dengan realita yang
ada, meskipun banyak orang yang berperspektif bahwa gerakan mahasiswa sekarang
tidak segencar dulu. Saat ini perspektif lebih mudah muncul dan berkembang
dibandingkan dengan fakta yang ada. Hal tersebut membuktikan pendapat yang
sampaikan oleh Locke Law, yaitu menurutnya hukum yang dipercaya oleh publik
adalah opini. Opini menjadi patokan masyarakat untuk menilai benar atau salah,
dimana saat ini persepsi lebih penting dibandingkan hukum itu sendiri. Opini
atau persepsi menjadi faktor strategis untuk mencapai suatu kepentingan,
sehingga pada era kini persepsi lebih penting dibandingkan dengan fakta.
Publik dan masa merupakan salah satu
faktor utama dalam berkembangnya suatu persepsi ataupun fakta. Publik dan masa
merupakan suatu hal yang berbeda. Publik adalah sekumpulan orang yang well inform, well educated, sudah
terstruktur, dan cenderung lebih sosial. Sementara masa adalah sekumpulan orang
yang belum tercerahkan, kurang pendidikan, tidak terstruktuk, dan mudah dipecah
belah. Karena publik merupakan sekumpulan orang-orang yang telah terstruktur,
opini publik dapat menjadi alat legitimasi sebagai kata pembenar suatu
pernyataan.
Setiap
fakta dalam diubah menjadi suatu opini, namun sebanyak apapun opini tak akan
mampu dijadikan fakta.
Terdapat beberapa element yang membentuk
opini publik, yaitu :
·
Terdapat isu,
·
Publik dan isu,
·
Pembelahan posisi publik (pro/kontra),
·
Muncul opini,
·
Pelibatan aktor publik.
Isu muncul diawali
dengan munculnya kepedulian sosial atau respon masyarakat kemudian menuju
kelompok yang berkepentingan hingga terlahirnya kebijakan.
Munculnya persepsi atau
opini publik menyebabkan munculnya spiral
sillence dari orang-orang minoritas. Spiral of silence adalah opini yang
mendorong untuk memunculkan (persepsi)
kelompok yang merasa sebagai minoritas sehingga mereka memilih untuk
menyembunyikan pandangan atau pendapatnya. Semuanya dapat dengan mudah muncul
dan berkembang disebebkan oleh satu faktor, yaitu media. Kekuatan media adalah
untuk mengembangkan/ membangun propaganda yang membentuk opini atau persepsi
publik. Untuk menghindari atau menyaring semua yang diberikan media, perlu
adanya hiperrealitas media. Tujuannya
agar publik tudak bisa membedakan mana yang realita mana yang rekayasa.
Sehingga mnimbulkan keadaan dimana rekayasa dianggap fakta, fantasi dianggap realita, masa lalu sama dengan masa kini. Hiperrealitas
media menciptakan suatu kondisi sedemikian rupa sehingga keadaannya semakin
remang remang, sehingga kepalsuan informasi dianggap sebagai kenyataan, isu isu yang beredar lebih dipercaya dari
kebenaran faktual. Penggunaan hiperrealitas untuk tujuan yang salah akan
menyebabkan dampak, diantaranya:
·
inflasi informasi, banyaknya informasi dan mudahnya sekarang
mendapatkan informasi menyebabkan lahirnya generasi instan.
·
disInformasi, banyaknya informasi yg tersaji membuat kita
menjadi bingung untuk mengkonsumsi informasi yang mana.
·
depolitisasi
·
junk informasi
·
hipermoralitas, hilangnya batas batas
moral dalam menyajikan informasi.
Berhubung waktu
menunjukkan waktu solat ashar, maka materi dicukupkan dan dilanjut dengan
istirahat sholat ashar. Kemudian rangkaian sesi pertama ini dilanjut dengan
kumpul kelompok dan penjelasan penugasan kelompok oleh penitia. Peserta dibubarkan
pada pukul 16.30 WIB.
B.
Sesi
2
Jakarta - Sabtu (18/6)
08.30 WIB. Rangkaian pertama Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa UNJ 2016 masih
berlanjut ke sesi berikutnya yaitu sesi kedua yang bertempat di aula Daksinapati
FIP UNJ. Terjadi sedikit masalah perihal ruangan yang akan digunakan, sehingga
acara baru dapat dilaksanakan mulai pukul 10.15 WIB.
Sesi kedua PKM UNJ 2016
ini mengangkat materi yang berjudul “Rekayasa Sosial”. Materi kali ini
dibawakan oleh pembicara yang cukup terkenal di sosial media, yaitu Jonru
Ginting.
Tanpa kita sadari, ada
banyak rekayasa sosial terjadi di sekitar kita. Untuk menghadapi hal tersebut,
perlu adanya agent of change dalam
diri kita. Agent of change akan
muncul dalam diri kita apabila kita mempunyai :
·
Power;
Power merupakan
kekuatan yang mencakup kekuatan dari dalam jabatan, uang, ilmu, pemikiran,
keahlian, informasi, karya inovasi, teknologi, prestasi, pengabdian, dan
kharisma.
·
Leadership;
Leadership
atau kepemimpinan dapat merupakan bakat alamiah, dipelajari, dilatih, dan
pengalaman.
·
Mentality;
Mental
lebih penting dari keahlian. Kita harus siapkan mental dahulu. Mental mencakup
percaya diri, pantang menyerah, disiplin, konsistensi, semangat, karakter dan
akhlak.
·
Morality.
Moral perlu ada dalam
diri seorang agent of change.
Rekayasa
sosial ibarat perang, untuk perang dibutuhkan senjata berupa power, leadership,
mentality, reality. Tanpa keempat poin tersebut tidak bisa melakukan perubahan.
Adzan
dzuhur menandakan berakhirnya rangkaian pertama PKM UNJ 2016 sesi kedua.
C.
Sesi 3
Jakarta
– Minggu (19/6) 08.30 WIB. Sesi ketiga dalam rangkaian pertama PKM UNJ 2016
kali ini dilaksanakan di ruang 1.6-1.7 gedung FMIPA Kampus B UNJ.
Materi
yang diangkat pada sesi ketiga ini berjudul “Counter Intelligence” yang
dibawakan oleh Pak Mosses Caesar
Asas, S.Pd, M.Sc. Pemaparan materi dimulai dengan cuplikan video yang
menunjukan bagaimana cara kerja suatu counter
intelligence.
Counter
Intelligence adalah pencegahan agar pihak musuh tidak mendapatkan informasi
yang dapat membahayakan keamanan melalui penerapan siasat yang menggunakan
metode yang bertentangan (kontra) dengan pihak musuh. Jika intel diabaikan,
maka teknologi tak ada gunanya. Informasi yang didapat sangatlah penting untuk
mengambil keputusan sangat bergantung pada informasi yang dimiliki. Mekanisme
melakukan counter intelligence
dimulai dari sinyal yang didapat diolah menjadi data yang kemudian akan menjadi
informasi dan akhirnya menjadi suatu pengetahuan.
Berdasarkan
data yang dijelaskan, pertumbuhan manusia di dunia semakin meningkat pesat. Seiring
pertumbuhan manusia yang meningkat drastis sekitar 1 miliar setiap tahunnya, diprediksi
akan sampai pada suatu masa dimana krisis energi hayati di negara-negara utara.
Negara yang energi hayatinya habis akan mencari energi di wilayah ekuator
(Indonesia, afrika bagian selatan, amerika bagian selatan) dan memungkinkan terjadinya
konflik. Konflik yang terjadi karena latar belakang energi. Maka bela negara
adalah salah satu strategi. Maka kita sebagai pemuda bangsa harus bisa membela
negara kita.
Kumandang
adzan dzuhur mengakiri sesi ketiga sekaligus mengakhiri rangkaian pertama PKM
UNJ 2016.